Di ujung canting,
Dalam cawan kedewasaan perempuan
Mengaduk hangat uap pasrah
Bergelut pun, kini beralih menjadi sebuah beku
Samar-samar, bahkan tidak membayang
Alibi merah tak lagi membenarkan
Mencoba merinai dalam dikotomi searah
Dan mungkin bersenyawa bersama requiem nafas
Itulah kamu, dalam pantulan,
Dini itu,
Kamu bilang, aku perempuan
Kamu bilang : jangan panggil aku wanita
Lalu aku bilang, apa bedanya?
Apa beda jika dikari tak lagi senjatamu?
Apa beda jika kau bukan lagi rumput liarku, Sayang?
Yogyakarta, 13 mei 2005
adalah sebuah pengantar, sebuah titi hari
No comments:
Post a Comment