Thursday, May 3, 2007

Genduk

Nduk,

Kuajari kau mengeja harakat hari,

Biar nanti aku bisa melihatmu menari

Untuk kemudian pergi


Ayo Nduk,

Mari kumainkan nada gitar sumbang,

Dan lantunkan pukau suaramu

Untuk kenang, bahwa aku pernah mempunyaimu


Nduk genduk,

Kuajari kau mengudap peri

Jika hari begitu sombong,

Dan kau pun tegak oleh sokong


Nduk-ku,

perempuan arus-ku,

Yang olehmu waktu tak akan tergerus..

Djokja, 2 mei 07. 23.35.

Abang, Nduk-mu kini telah berdikari. Selamat menikmati jalan sufi-mu, abangku yang sangat tampan. Dan aku telah sangat mengecewakanmu, bukan?

Mandul


; yang katanya mahasiswa

Terbaik, bukan lekukan garis

Dalam titi sebuah hitam hegemoni

Sang bodoh yang berkitar,

Cermin yang tak lagi memantul,

Mandul.

Menipisnya usang,

Dianggapnya sebagai tawa kemajuan

Aku marah, aku gelisah.

Tak lagi lantang

Tak lagi mengoceh merah

Rupanya mahasiswaku bisu

Dan, mandul.

Lelaki yang merindui malam


aku sangat menyukai malam,

dan aku sangat mencintaimu, malaikatku

tuturmu ketika itu, sedikit parau


ihwal sebab malam mengupas belah kenangan

mengkhayal kekal sorai batang hari,

awal mula sendu beruntai urai untukmu


malam ini, kuingat kau

kuingat malam-malam yang telah kita telanjangi pekatnya

kuingat pula lepas tawa-tawa kemenangan kita

Tapi ah, aku malu.

Sebab pada malam pula tabir kupakai,

Sebab pada malam pula topeng kupakai,

Aku palsu.

Djokdja, 12 Februari